MAKALAH
DEFINISI, METAFORA dan KONSEP
DASAR
PENDIDIKAN
OLEH:
KELOMPOK I
1.
Anisya Oktama Paramida ( 1621002 )
2.
Messy Lestia Sari ( 1621001 )
3.
Gusti Asrina
( 1621003 )
4.
Desi Ratnasari
( 1621004 )
Kelas : A.1.1
Mata
Kuliah: PengantarPendidikan
Dosen pengampu:
M.DONI SANJAYA, M.Pd
PROGRAM
STUDI PENDDIKAN BAHASA,SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BATURAJA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga Makalahyang
berjudul “Definisi,
metafora dan konsep dasar Pendidikan” ini
dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini kami
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepadasemua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan
kepada penyusun.
Dalam
Makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran
dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga Makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Baturaja, 24
September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.
Latar
Belakang Masalah..................................................................... 1
2.
Rumusan
Masalah............................................................................... 1
3.
Tujuan................................................................................................... 1...........
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
1.
Pendidikan Setua dan
Seakhir Peradapan............................................. 2
2.
Definisi Pendidikan............................................................................... 2
3.
Metamorfora
dan Makna Pendidikan.................................................... 4
4.
Menjadi Manusia
Berpendidikan........................................................... 4
5.
Empat Dimensi....................................................................................... 5
6.
Objek Pendidikan.................................................................................. 6
BAB III PENUTUP............................................................................................... 7
1.
Kesimpulan........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan telah berlangsung sejak awal peradaban
dan budaya manusia. Bentuk dan cara pendidikan itu telah mengalami perubahan,
sesuai dengan perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan. Pada awal peradaban, para
orang tua bersama kelompoknya bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka
sehingga mencapai kedewasaan. Bila orang tuanya hidup denagan bertani , maka
anak anaknya pun diajar bertani melalui pengalaman langsung. Demikian juga jika
orangtuanya berdagang, maka anaknyapun diajar berdagang.
Pada masa itu belum ada program pendidikan yang
dilaksanakan di luar lingkungan keluarga atau kelompok oleh orang-orang di luar
keluarga/kelompok, atau pendidikan yang terstruktur.sampai pada dimana
pendidikan yang dilaksanakan dari telah berhasil mengembangbiakkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan
berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi di manapun di dunia
ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai
tujuan pendidikan dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial kebudayaan setiap
masyarakat tertentu, termasuk di Indonesia.
Tujuan dapat tercapai dengan melakukan proses
pendidikan, yaitu kegiatan yang memobilisas setiap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan. Yang menjadi tujuan utama
pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman
belajar yang optimal.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan
masalah dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Deskripsikan pendidikan setua dan seakhir peradaban ?
2.
Apa definisi pendidikan ?
3.
Deskripsikan metafora dan makna pendidikan serta menjadi manusia berpendidikan ?
4.
Jelaskan pengertian empat dimensi dan objek pendidikan ?
C.
Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan,
maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Bisa mendeskripsikan pendidikan setua dan seakhir peradaban ?
2.
Mengetahui definisi pendidikan ?
3.Bisa mendeskripsikan metafora dan makna pendidikan
serta menjadi manusia berpendidikan ?
4.Bisa
menjelaskan pengertian empat dimensi dan objek pendidikan ?
BAB II
DEFENISI METAFORA DAN KONSEP DASAR
KEPENDIDIKAN
A.
PENDIDIKAN
SETUA DAN SEAKHIR PERADAPAN
Sebagai esensi, pendidikan secara
universel telah berjalan setua peradapan dan keberadapan manusia di muka bumi
ini, apapun substansi dan bagaimana pun praksinya. Pendidikan ada sejak adam
dan hawa muncul di permukaan bumi, bahkan ketika mereka masih dalam surge.
Bukankah “hukuman” yang di terima adam dan hawa ketika di surge, yang
menyebabkan mereka menjadi penghuni muka bumi ini, merupakan satu bentuk
pendidikan sejati? Bahwa setiap pelanggaran akan menerima sanksinya seperti
halnya sanksi yang di berikan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah di
sekolah-sekolah modern saat ini.
Alih-alih kita mengikuti teori
evolusi Darwin, pendidikan telah ada telah evolusi awal umat manusia. Menurut
teori ini , cikal bakal manusia yang di gambarkan sebagai “ manusia kera yang berjalan tegak”,
yang memiliki dayasuai terhadap fenomena perubahan alam terus bertahansampai
sekarang.
Metamorphosis pendidikan terus
berlangsung sehingga sekarang dan akan terus berlanjut sampai akhir zaman dengan tidak akan
menemukan sosok yang final. Pendidikan merupakan gejala kehidupan setua dan
seakhir peradapan manusia. Kebutuhan, tuntutan, substansi, dan fraksis pendidikan
akan terus mengalami penyempurnaan
dengan pembawa sifat kontinyu tiada akhir.
Secara individual pendidikan
berlangsung sejak manusia dalam buian hingga akhir hayatnya, bahkan mungkin
telah di mulai ketika dua pasang
manusia memulai perkembangan pertama.
B.
DEFENISI
PENDIDIKAN
Secara akademik, istilah pendidikan
berspektrum luas. Pendidikan adalah proses peradapan dan peradapan manusia.
Pendidikan adalah aktivitasi semua potensi dasar manusia
melalui interaksi antara manusia dewasa dengan yang belum dewasa.
Pendidikan adalah proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati, dengan atau tanpa
penyegajaan.
Pendidikan adalah proses pemartaban
manusia menuju puncak optimasi potesi kognitif, afektif dan fsikomotorik yang
di milikinya. Pendidikan adalah proses membimbing, melatih dan memadu
manusia terhindar atau keluar dari
kebodohan. Pendidikan adalah metamorfosis
perilaku menuju kedewasaan sejati. Pendidikan juga di defenisikan sebagai
proses evalasi yang di lakukan secara nondiskriminasi, dinamis dan intensif menuju
kedewasaan individu. Dimana proses di
lakukan secara kontinyu dengan sifat adaptif dan nirlimit
atau tiada akhir.
P = Proses
E = Evalasi
N = Nondiskriminasi
D = Dinamis
I = Intensif
D = Dewasa
I = Individu
K = Kontinyu
A = Adaptabilitas
N = Nirlimit
Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaruan pengalaman. Proses itu
bisa terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan
anak-anak yang terjadi secara sengaja dan di lembagakan untuk mengahasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan
pengendalian dan pengembangan bagi orng yang belum dewasa dan kelompok dimana
dia hidup.
Frederick J. McDonald mendefenisikan pendidikan sebagai suatu proses
atau kegiatan yang di arahkan untuk mengubah perilaku manusia. Perilaku di maksud berupa setiap
tanggapan atau perubahan seseorng.
Pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subyek didik menuju
manusia masa depan yang bertanggung jawab. Kata “bertanggung jawab” mengandung
makna, bahwa subjek didik di siapkan untuk menjadi manusia yang berani berbuat
dan berani pula bertanggung jawab atas perbuatannya.
Defenisi-defenis di atas menggring kita pada
beberapa kesimpulan yaitu :
·
Pendidikan adalah
proses kemanusiaan dan pemanusian secara simultan.
·
Pendidikan adalah proses sosial yang di bangun
untuk menggali dan mengembangkan potensi dasar manusia agar menjadi insan
berpedadaban.
·
Pendidikan adalah
proses interaksi manusiawi yang di lakukan oleh objek dewasa untuk menumbuhkan
kedwasaan pada subjek yang belum dewasa dengan menggunakan potensi ada dan
sesuai.
·
Aktivitas-aktivitas
pendidikan mencakup produksi dan distribusi pengetahuan yang terjadi baik dalam
skema kelembagaan maupun pada proses sosial pada umumnya.
C.
METAFORA
DAN MAKNA PENDIDIKAN
Ada
dua masalah dengan defenisi pendidikan.
Pertama, defenisi pendidikan menggunakan metafora transmisi pengetahuan
terlalu sering di anggap benar secara harfiah. Informasi, pengetahuan,
keterampilan dan sikap merupakan istilah-istilah yang sangat akrab di bidang
pendidikan, bukan unit literal. Dalam pendidikan kita berhadapan dengan alam
dan seluruh bidang dari kedua fenomena
duniawi dan narasi unik manusia yang tidak selalu memilki keberadaan fisik
secara harfiah.
Metafora menggabarkan atau menjelaskan sesuatu dengan sosok yang lain,
sedangkan analogi menjelaskan sesuatu dengan menggunakan prinsip kesamaan.
Analogi menggambarkan persamaan atau perssesuain dua benda atau fenomena yang
berlainan namum memiliki kecocokan. Dan analogi juga berupa kias. Di bidang
linguistik, analogi merupakan kesepadanan antara bentuk-bentuk bahasa untuk
menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk lain. Di bidang sastra , analogi
bermakna kesamaan sebagaian cirri antara dua benda atau hal yang dapat di pakai sebagai dasar
komparasi. Di bidang pembelajaran, analogi erat kaitannya dengan transfer
pembelajaran.
Kedua, defenisi pendidikan memberi gambaran mengenai apa yang paling
penting tentang “ proses menjadi” dan hasilnya berupa orang “berpendidikan”.
Pendidikan merupakan agen peradapan pemberadapan
manusia. Tetapi, pendidikan formal selalu mengalami tekanan dan nyaris selalu
tertinggal dengan kemajuan peradapan. Kebodohan merupakan cikal bakal utama
bencana kemanusiaan. Cikal bakal kebodohan adalah kemalasaan dalam belajar dan
ketidaktahuan akan makna sejati pendidikan. Pendidikan berawal dari perilaku
dan tindakan pertama, namun tiada kata akhir untuk menjadi berpendidikan dan
menggapai keterpelajaran.
D.
MENJADI
MANUSIA BERPENDIDIKAN
Esensi pendidikan adalah membangun manusia
dengan tingkat keterpelajaran tertentu atau berpendidikan. Merekalah orng-orang
yang cerdas, yang mampu menyelesaikan aneka persoalan hidupnya.
Manusia berpendidikan adalah mereka yang mampu memahami fenomena secara
akurat,berfikir jernih, dan bertindak secara efektif sesuai dengan tujuan dan
aspirasi yang di tetapkan oleh dirinya. Orang yang berpendidikan juga mengahargai orang lain terlepas dari
kekuasaan dan statusnya, bertanggung jawab atas hasil atau dampak tindakan dan
menggunakan akal sehat untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan,baik, pribadi,
keluarga, organisasi, maupun masyarakat pada umumnya. Orang yang berpendidikan
membutuhkan informasi, namun ia tidak tergangtung semata pada informasi yang
telah di simpan di kepalanya. Mereka memiliki kemampuan mencari informasi,
menciptakan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan bila di perlukan.
Di
lembaga pendidikan formal, memang terjadi pengiriman pesan secara kontinyu,
khususnya selama proses interaksi pembelajaran antara guru dan siswa.
Nilai-nilai inti yang terpenting dalam mendefenisikan pendidikan adalah
menyediakan lingkungan yang aman dan melakukan perberdayaan bagi anak didik,
sehingga mereka berpeluang memenuhi kebutuhan dalam makna ideal.
Aspek-aspek penting bagaimana siswa benar-benar
terdidik yaitu :
Pendidikan merupakan kemampuan
memanipulasi pengetahuan keterampilan dan informasi.
Pendidikan
mempresentasikan interaksi antara orang dewasa dengan yang belum dewasa untuk
menumbuhkan kedewasaan.
Pendidikan
melibatkan dimensi kognitif, afektif dan fsikomotor.
Kegiatan
pendidikan dapat di pahami kapan iya mulai, namun tidak jelas kapan berakhir
karena tidak identik dengan kurikulum.
Pendidikan
bermuara pada kematangan dan kemandirian pribadi untuk hidup dalam kerangka
system sosial.
Pendidikan
mengubah orang dari berfikir negative ke berfikir positif dan membantu orang
lain untuk melakukan hal yang sama.
Pendidikan
mencakup semua situasi seperti kemiskinan, konflik, polusi, depresi,
ketidaktahuaan atau ambisi.
Banyak orang berpendapat bahwa pengalaman positif merupakan fikiran yang
baik paling menyenangkan dan produktif. Jika kita dapat memastikan bahwa setiap
orang mampu mengoptimalkan pikiran mereka sendiri dan membantu yang lainya
untuk mengoptimalkan mereka, maka semua orang akan memiliki kesempatan maksimum
untuk menikmati hidup dan menjadi produktif. Dengan demikian pendidikan
merupakan proses mencapai dan membantu orang lain untuk mencapai sikap yang baik yang memungkinkan dia melihat secara akurat, berfikir jernih
dan bertindak secara efektif sesuai dengan tujuan di pilihnya sendiri
E.
EMPAT
DIMENSI
Pendidikan adalah proses menjadikan
manusia berpendidikan. Ada empat di mensi yang harus di penuhi menjadi
berpendidikan. Dimensi yang di maksud adalah agen pembelajaran, katalis
belajar, konteks pembelajaran, dan cita-cita yang terbangun dari hasil
pembelajaran.
Agen
pembelajaran siswa biasanya mengintegral dengan peran yang di tampilkan oleh sekolah. Katalis belajar adalah
seseorang atau sesuatu yang bergerak dalam hubungan mendalam denga berusaha
memahami bagaimana katalis itu cocok menjadi agen. Dalam kerangka mencapai
tujuan agen tersebut melibatkan orang-orang atau hal-hal yang lain yang di
anggap berperan sampai dengan tujuan
tercapai untuk kemudian berusaha melepaskan diri. Katalis bisa serupa guru,
buku dan media lainnya.
Katalis itu berperan dalam proses pembelajaran, terutama dalam kerangka
pengembangan hubungan dimana siswa akan membuka dirinya sendiri untuk transformasi internal di bawah pengaruh
katalis itu. Kontek pembelajaran adalah semua aspek biologis, psikologis,
budaya, sosial, dan factor ekologi lainnya yang membentuk bagaimana agen
tersebut berhubungan dengan katalis. Konteks pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang akan menentukan kondisi klimaks dalam situasi belajar.
F.
OBJEK
PENDIDIKAN
Pendidikan memiliki objek tersendiri.
Objek pendidikan terdiri dari objek formal dan objek material. Objek formal
ilmu pendidikan adalah semua gejala insane, berupa proses atau situasi pendidikan yang menunjukkan
keadaan nyata yang di lakukan atau di
alami serta harus di pahami oleh manusia. Objek materi ilmu pendidikan adalah
manusia itu sendiri.
Ilmu pendidikan esensinya merupakan ilmu terapan atau ilmu praktis.
Sebagai ilmu terapan iya memilki dua dimensi yaitu teoritis dan praktis. Pemahaman
mengenai unsure-unsur dasar ilmu pendidikan menjadi instrumen untuk dapat
memahami sifat-sifat ilmu pendidikan
sebagai ilmu pengetahuan antara lain bersifat teoritis, emperis, sistematis,
deskriptif, normatif, preskriptif, historis dan praktis. Sebagai ilmu, ilmu
pendidikan bukan saja menelaah objek untuk mengetahui betapa keadaan atau
hakikat objek itu, melainkan mempelajari pula bagaimana aksinya dalam tindakan.
Teori tentang pendidikan memilki cakupan yang luas. Pendidikan esensinya adalah
dunia ini, berupa apapun yang bisa mempengaruhi atau mengubah perilaku manusia.
Ilmu pengetahuan bidang pendidikan
mempelajari aneka persoalan yang timbul dalam praktik pendidikan. Ilmu
pendidikan apa pun mempelajari suasana dan proses pendidikan secara menyeluruh,
tidak hanya kerangka persekolahan melainkan juga pendidikan keluarga, di
masyarakat dan pendidikan oleh pribadi-pribadi secara individual.
Ilmu pendidikan berkutat dengan persoalan dan posisi manusia dalam
pendidikan secara universal. Pemosisian manusia pengarus utamaan pendidikan
dapat di lihat dari dimensi antropologis, normatif, aspiratif dan praktis.
Dimensi antropologis beranjak dari asumsi bahwa manusia memilki potensi.
Dimensi normatif mengandung makna bahwa
pendidikan selalu berkaitan dengan perlakuan apa pun bentuk, situasi dan
substansi yang membangunnya. Dimensi aspiratif mengandung makna bahwa manusia itu memiliki disposisi atau
kecenderungan, keinginan, harapan, kebutuhan dan cita-cita. Dimensi praktis
mengandung makna bahwa ilmu pendidikan di praktikkan sebagai aplikasi teori
yang sudah teruji atau sebatas produk nalar akal sehat tingkat tinggi yang di
mililki penggagasnya.
Pada sisi lain, setiap yang ada di dunia ini, baik ilmu pengetahuan,
teori, maupun praktis bersumber dari asumsi-asumsi yang mendasarinya. Dalam
pendidikan, kita memiliki asumsi bahwa manusia dapat di didik. Manusia adalah
animal educandum , manusia mengiinkan di didik hingga mencapai taraf
pendidikan. Dalam bahasa yang lebih santun, di sebutkan bahwa manusia adalah
homo educandum dimana manusia memiliki daya kuat untuk di didik agar potensinya
dapat berkembang.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses pemartaban
manusia menuju puncak optimasi potesi kognitif, afektif dan fsikomotorik yang
di milikinya. Pendidikan adalah proses membimbing, melatih dan memadu
manusia terhindar atau keluar dari
kebodohan. Pendidikan adalah metamorfosis
perilaku menuju kedewasaan sejati. Pendidikan juga di defenisikan
sebagai proses evalasi yang di lakukan secara nondiskriminasi, dinamis dan
intensif menuju kedewasaan individu. Dimana proses di lakukan secara kontinyu dengan sifat
adaptif dan nirlimit atau tiada akhir.
Kontek pembelajaran adalah semua aspek
biologis, psikologis, budaya, sosial, dan factor ekologi lainnya yang membentuk
bagaimana agen tersebut berhubungan dengan katalis. Konteks pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang akan menentukan kondisi klimaks dalam situasi
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Sudarwan
Darwin, 2011. Pengantar Kependidikan. Bandung : Alfabet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar