MAKALAH
PENGANTAR PENDIDIKAN
MENDESKRIPSIKAN
LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
M.Doni Sanjaya, M.pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Indah Lestari 1621009
2. Ayu Apryani 1621030
3. Resty Sari
Saymona 1621031
4. Tiwi Armila 1621035
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BAHASA
SASTRA, INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS BATURAJA
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin,
segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Landasan-landasan Pendidikan”.
Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada
para pembaca pada umumnya dan pada penyusun pada khusunya.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul……………………………………………………………………….i
Kata
Pengantar……………………………………………………………………….ii
Daftar
Isi……………………………………………………………………………..iii
BAB
I. Pendahuluan…………………………………………………………………1
Latar Belakang……………………………………………………………………1
Rumusan Masalah………………………………………………………………..1
Tujuan Penulisan…………………………………………………………………2
BABII.
Pembahasan.………………………………………………………………. 3
Pengertian Landasan Pendidikan………………………………………………..3
Macam-macam landasan Pendidikan……………………………………………3
PengertianAsas-asas pendidikan…………………………………………...……12
Macam-macam Asas Pendidikan…………………………………………..……12
BAB
III. Penutup……………………………………………………..……………14
Kesimpulan…………………………………………………………………………14
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………..…15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar
yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan
sejumlah landasan dan asas-asas tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia
dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa
depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan
yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta
dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam
merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan
paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang
berkaitan dengan penerapannya. Landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, cultural, psikologis, dan iptek. Sedangkan asas-asas
pendidikan yang akan dikaji adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar
sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
Apakah yang
dimaksud Landasan Pendidikan?
Apa sajakah landasan
pendidikan?
Apakah yang
dimaksud asas-asas pendidikan?
Apa sajakah
asas-asas Pendidikan?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan latar belakang di
atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Landasan
Pendidikan
2.
Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan
3.
Untuk mengetahui pengertian dari asas-asas
Pendidikan
4.
Untuk mengetahui macam-macam asas-asas
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan
tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat
material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual
(contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan
asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan
menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama
dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua
dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau
lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pedidikan.Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan
pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan
(bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi pendidikanadalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar
pijakan atau titik tolak dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.
B.
Macam-macam Landasan pendidikan
1.
Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti:
Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya
menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat
filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari
bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah,
arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan
konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada
umumnya bersumber dari dua faktor,
yaitu:
a. Religi dan etika
yang bertumpu pada keyakinan
b. Ilmu pengetahuan
yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada dianatara keduanya: Kawasannya
seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul
dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al.,
1992: 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang
sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran
sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat
dalam dua pendekatan, yakni:
Filsafat sebagai kelanjutan dari
berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat
dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
Filsafat sebagai kajian khusus
yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah),
etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika
(tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta social dan
politik (filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian yang dilakukan oleh
berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika, metafisika
dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena
prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya
diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan
tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
Keberadaan dan kedudukan manusia
sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon,
homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
Masyarakat dan kebudayaannya.
Keterbatasan
manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
Perlunya landasan
pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan
Ardhana, 1986: Modul1/9).
Hasil-hasil kajian filsafat
tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar
pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai
berikut:
1.
Naturalisme
2.
Idealisme
3.
Pragmatisme
Naturalisme merupakan aliran
filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera
sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang
berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan
dunianya.
Berbeda dengan aliran diatas,
Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan
kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi
dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan
kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran
filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai
kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu
harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu
harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan dari sesuatu
itu kepada manusia (Abu Hanifah, 1950: 136). John Dewey (dari Redja
Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144), salah seorang tokoh pragmatisme, mengemukakan
bahwa penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap:
Situasi tak tentu
(indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam
pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
Diagnosi, yakni
mempertajam masalah termasuk perkiraan factor penyebabnya.
Hipotesis, yakni
penemuan gagasan yang diperkiarakan dapat mengatasi masalah.
Pengujian
hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya
serta implikasinya masing-masing jika dipraktekkan.
Evaluasi, yakni
mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu, bagi paragtisme,
pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting
adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut bahkan
terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian
dari suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX
di Amerika Serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta
mengembangkan teori pendidikan dengan prinsip-prinsip antara lain:
Anak harus bebas
agar dapat berkembang wajar.
Menumbuhkan minat
melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
Guru harus menjadi
peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
Harus ada kerja
sama sekolah dan rumah.
Sekolah progresif
harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi (Wayan
Ardhana, 1986: 16-17)
Selanjutnya perlu dikemukakan
secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam
pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan
itu (Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986 :14-18)
adalah:
2.
Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang
menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Berdasarkan
eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut menitikberatkan
penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan
prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang
realistic. Matematika yang sangat diutmakan idealisme, juga penting artinya
bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat menghitung penjumlahan
dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts,
yaitu:
1). Penguasaan
bahasa termasuk rerorika
2). Gramatika
3). Kesusateraan
4). Filsafat
5). Ilmu kealaman
6). Matematika
7). Sejarah
8). Seni
keindahan (fine arts)
3.
Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni
keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang
poko-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah perenialisme menekankan
keabadian teori kehikamatan, yaitu:
1). Pengetahuan
yang benar (truth)
2). Keindahan
(beauty)
3). Kecintaan
kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya
berisi materi yang konstan atau perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
1). Konsep
pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2). Inti
pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.
3). Tujuan belajar
ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
4). Pendidikan
merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
5). Kebenaran
abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
4.
Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat
yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang
pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan
tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan
untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan
pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada
beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut:
1). Anak harus
bebas untuk dapat berkembang secara wajar
2). Pengalaman
langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3). Guru harus
menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4). Sekolah
progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi
pedagogis dan ekperimentasi.
5.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis
dari cara berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar
tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah,
tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan. Dan
dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan
yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan
masyarakat.
6.
Landasan Sosiologis
Manusia yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi
dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih
rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki
ciri:
Pembagian pada
anggotanya
Ketergantungan
pada anggota
Ada kerjasama anggota
Komunikasi antar
anggota
Dan adanya
diskrimunasi antara individu satu denan yang lain dalam kelompok
a. Pengertian tentang landasan sosiologi
Dimana suatu proses interaksi antar dua individu,bahakan dua
generasi dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri.sehingga
melahirkan cabang cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang
lingkup yang di pelajari antara lain:
1) Hubungan
pendidikan dengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari:
Fungsi pendidikan
dalam kebudayaan
Hubungan sisitem
pendidikan dan proses kontrol sosiala dengan sstem kekuasaan lain
Fungsi pendidikan
dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
Hubungan antar
kelas sosial
Fungsional
pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras,kebudayaam dan kelompok
kelompok dalam masyarakat
2) Hubungan
kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
Sifat kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan
berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
Pola interaksi dan
struktur masyarakat sekolah
3) Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya,yang mempelajari:
Peranan sosial
guru
Sifat kepribadian guru
Pengaruh
kepribadian guru terhadap tingkah laju sisiwa
Fungsi sosial
sekolah pada sosialisasi anak anak
4) Sekolah dalam
komunitas,mempelajari pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya yang
meliputi:
Pelukisan
komunitas sekolah sepertti tampaknya dalam prganisasi sekolah
Analisis tentang
proses pendidikan seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar
Hubungan antara
sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya
Faktor faktor
demografi dan ekologi dalam organisasi sekolah
Dalam keempat nidang di atas yang di pelajari untuk memahami
pendidikan dalam masyarakat menurut Wayan ardhan.
b. Masyarakat indonesia sebagai landasan
sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama
anatara lain:
Adanya interaksi
antar warga warganya
Pola tingkah laku
yang diatur adat istiadat,hukum dan norma yang berlaku
Adanya rasa
identitas yang mengikat pada warganya.
Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbale balik,
sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik
secara informal maupan formal.
a. Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil
budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, dan dalam belajar
arti luas dapat berwujud:
Ideal seperti ide,
gagasan, nilai dan sebagainya.
Kegiatan yang
berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
Fisik yakni benda
hasil karya manusia
b. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan
Sisitem Pendidikan Nasional
Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang
berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan masyarakat indonesia yang majemuk dan
akan kaya kebudayaannya dan keberadaan
semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah
dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan semakin
kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka
Tunggal Ika.
Landasan
Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama
tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan
proses belajar.
a.
Pengertian Landasan Psiklogis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu,
Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi
manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.
Seperti di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan
menjadi enam kategori meliputi:
Kebutuhan
fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan
sebagainya)
Kebutuhan rasa
aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
Kebutuhan akan
cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
Kebutuhan akan
alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
Kebutuhan untuk
mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek
b. Perkembangan peserta didik sebagai
landasan psikologis
Perkembangan manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan
ovum dan sperma) sampai saat kematian, sebagai perubahan maju (progresif)
ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah
yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan
kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun
dapat dikemukakan beberapa prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip
prinsip umum karena:
Prinsip tersebut
yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
Prinsip itu akan
tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian itu
unik)
Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari
konteks perkembangan kepribadian, yakni:
Terintegrasinya
seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
Terjadi tingkah
laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.
Landasan Ilmiah
dan Teknologis
Seperti yang kita ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam
isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat berperan penting dalam
pewarisan dan pengembangan iptek.
Pengertian tentang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna
dan kedudukan masing-masing yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi.
Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai
cara pengindraan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.
Perkembangan Iptek
sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan
manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang
tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir tahunan sungai Nil
menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan kegiatan survey.
Pengertian
Asas-asas Pendidikan
Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar
atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat
dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Diantara asas-asas tersebut adalah
Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian
dalam belajar.
Macam-macam Asas
Pendidikan
Asas Tut Wuri
Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari
sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua
semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu
kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarsa Sung
Tulada ( jika di depan menjadi contoh).
Ing Madya Mangun
Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan membangkitkan semangat).
Tut Wuri Handayani
(jika di belakang memberi dorongan/mengikuti dengan awas).
Asas Belajar
Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan
sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan
memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal
dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan
persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal
dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan pengalaman di luar sekolah.
Asas Kemandirian
dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat
secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut
wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk
mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat
diwujudkan apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu
mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang
hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping
peran-peran lain: informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator
guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian
sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut.
Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik
untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya
tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari
pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat
kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini
menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik
dengan Jiwa Timur, Jilid I.
Jakarta: Balai Pustaaka.
Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan
Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar