Rabu, 04 Januari 2017

pengantar pendidikan

MAKALAH

DEFINISI, METAFORA dan KONSEP DASAR
PENDIDIKAN

OLEH:
KELOMPOK I
1.     Anisya Oktama Paramida          ( 1621002 )
2.     Messy Lestia Sari               ( 1621001 )
3.     Gusti Asrina                      ( 1621003 )
4.     Desi Ratnasari                             ( 1621004 )

Kelas    : A.1.1

Mata Kuliah: PengantarPendidikan
   Dosen pengampu: M.DONI SANJAYA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDDIKAN BAHASA,SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2016

KATA PENGANTAR

                   Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga Makalahyang berjudul Definisi, metafora dan konsep dasar Pendidikan” ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepadasemua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun.
Dalam Makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
         

Baturaja, 24 September 2016



Penulis




DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.      Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
2.      Rumusan Masalah............................................................................... 1
3.      Tujuan................................................................................................... 1...........
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
1.      Pendidikan Setua dan Seakhir Peradapan............................................. 2
2.      Definisi Pendidikan............................................................................... 2
3.      Metamorfora dan Makna Pendidikan.................................................... 4
4.      Menjadi Manusia Berpendidikan........................................................... 4
5.      Empat Dimensi....................................................................................... 5
6.      Objek Pendidikan.................................................................................. 6
BAB III PENUTUP............................................................................................... 7
1.      Kesimpulan........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan telah berlangsung sejak awal peradaban dan budaya manusia. Bentuk dan cara pendidikan itu telah mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan. Pada awal peradaban, para orang tua bersama kelompoknya bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka sehingga mencapai kedewasaan. Bila orang tuanya hidup denagan bertani , maka anak anaknya pun diajar bertani melalui pengalaman langsung. Demikian juga jika orangtuanya berdagang, maka anaknyapun diajar berdagang.
Pada masa itu belum ada program pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan keluarga atau kelompok oleh orang-orang di luar keluarga/kelompok, atau pendidikan yang terstruktur.sampai pada dimana pendidikan yang dilaksanakan dari telah berhasil mengembangbiakkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai tujuan pendidikan dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial kebudayaan setiap masyarakat tertentu, termasuk di Indonesia.
Tujuan dapat tercapai dengan melakukan proses pendidikan, yaitu kegiatan yang memobilisas setiap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan. Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Deskripsikan pendidikan setua dan seakhir peradaban ?
2. Apa definisi pendidikan ?
3. Deskripsikan metafora dan makna pendidikan serta menjadi manusia berpendidikan ?
4. Jelaskan pengertian empat dimensi dan objek pendidikan ?
C. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bisa mendeskripsikan pendidikan setua dan seakhir peradaban ?
2. Mengetahui definisi pendidikan ?
3.Bisa  mendeskripsikan metafora dan makna pendidikan serta menjadi manusia     berpendidikan ?
4.Bisa menjelaskan pengertian empat dimensi dan objek pendidikan ?
BAB II
DEFENISI METAFORA DAN KONSEP DASAR KEPENDIDIKAN

A.    PENDIDIKAN SETUA DAN SEAKHIR PERADAPAN
Sebagai esensi, pendidikan secara universel telah berjalan setua peradapan dan keberadapan manusia di muka bumi ini, apapun substansi dan bagaimana pun praksinya. Pendidikan ada sejak adam dan hawa muncul di permukaan bumi, bahkan ketika mereka masih dalam surge. Bukankah “hukuman” yang di terima adam dan hawa ketika di surge, yang menyebabkan mereka menjadi penghuni muka bumi ini, merupakan satu bentuk pendidikan sejati? Bahwa setiap pelanggaran akan menerima sanksinya seperti halnya sanksi yang di berikan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah di sekolah-sekolah modern saat ini.
Alih-alih kita mengikuti teori evolusi Darwin, pendidikan telah ada telah evolusi awal umat manusia. Menurut teori ini , cikal bakal manusia yang di gambarkan  sebagai “ manusia kera yang berjalan tegak”, yang memiliki dayasuai terhadap fenomena perubahan alam terus bertahansampai sekarang.
Metamorphosis pendidikan terus berlangsung sehingga sekarang dan akan terus berlanjut  sampai akhir zaman dengan tidak akan menemukan sosok yang final. Pendidikan merupakan gejala kehidupan setua dan seakhir peradapan manusia. Kebutuhan, tuntutan, substansi, dan fraksis pendidikan akan terus mengalami  penyempurnaan dengan pembawa sifat kontinyu tiada akhir.
Secara individual pendidikan berlangsung sejak manusia dalam buian hingga akhir hayatnya, bahkan mungkin telah di mulai  ketika dua pasang manusia  memulai perkembangan pertama.
B.     DEFENISI PENDIDIKAN
Secara akademik, istilah pendidikan berspektrum luas. Pendidikan adalah proses peradapan dan peradapan manusia. Pendidikan adalah aktivitasi semua potensi dasar  manusia  melalui interaksi antara manusia dewasa dengan yang belum dewasa. Pendidikan adalah proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati, dengan atau tanpa penyegajaan.
Pendidikan adalah proses pemartaban manusia menuju puncak optimasi potesi kognitif, afektif dan fsikomotorik yang di milikinya. Pendidikan adalah proses membimbing, melatih dan memadu manusia  terhindar atau keluar dari kebodohan. Pendidikan adalah metamorfosis  perilaku menuju kedewasaan sejati. Pendidikan juga di defenisikan sebagai proses evalasi yang di lakukan secara nondiskriminasi, dinamis dan intensif menuju kedewasaan individu. Dimana proses  di lakukan secara kontinyu dengan sifat adaptif dan nirlimit atau tiada akhir.


P   = Proses
E   = Evalasi
N  = Nondiskriminasi
D  = Dinamis
I    = Intensif
D  = Dewasa
I    = Individu
K   = Kontinyu
A   = Adaptabilitas
N   = Nirlimit
Menurut  John Dewey, pendidikan adalah  suatu proses pembaruan pengalaman. Proses itu bisa terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan anak-anak yang terjadi secara sengaja dan di lembagakan  untuk mengahasilkan  kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengendalian dan pengembangan bagi orng yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
               Frederick J. McDonald mendefenisikan pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang di arahkan untuk mengubah perilaku  manusia. Perilaku di maksud berupa setiap tanggapan atau perubahan seseorng.
              Pendidikan pada intinya merupakan proses penyiapan subyek didik menuju manusia masa depan yang bertanggung jawab. Kata “bertanggung jawab” mengandung makna, bahwa subjek didik di siapkan untuk menjadi manusia yang berani berbuat dan berani pula bertanggung jawab atas perbuatannya.
Defenisi-defenis di atas menggring kita pada beberapa kesimpulan yaitu :
·         Pendidikan adalah proses kemanusiaan dan pemanusian secara simultan.
·          Pendidikan adalah proses sosial yang di bangun untuk menggali dan mengembangkan potensi dasar manusia agar menjadi insan berpedadaban.
·         Pendidikan adalah proses interaksi manusiawi yang di lakukan oleh objek dewasa untuk menumbuhkan kedwasaan pada subjek yang belum dewasa dengan menggunakan potensi ada dan sesuai.
·         Aktivitas-aktivitas pendidikan mencakup produksi dan distribusi pengetahuan yang terjadi baik dalam skema kelembagaan maupun pada proses sosial pada umumnya.



C.    METAFORA DAN MAKNA PENDIDIKAN
Ada dua masalah dengan defenisi pendidikan.
           Pertama, defenisi pendidikan menggunakan metafora transmisi pengetahuan terlalu sering di anggap benar secara harfiah. Informasi, pengetahuan, keterampilan dan sikap merupakan istilah-istilah yang sangat akrab di bidang pendidikan, bukan unit literal. Dalam pendidikan kita berhadapan dengan alam dan seluruh  bidang dari kedua fenomena duniawi dan narasi unik manusia yang tidak selalu memilki keberadaan fisik secara harfiah.
            Metafora menggabarkan atau menjelaskan sesuatu dengan sosok yang lain, sedangkan analogi menjelaskan sesuatu dengan menggunakan prinsip kesamaan. Analogi menggambarkan persamaan atau perssesuain dua benda atau fenomena yang berlainan namum memiliki kecocokan. Dan analogi juga berupa kias. Di bidang linguistik, analogi merupakan kesepadanan antara bentuk-bentuk bahasa untuk menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk lain. Di bidang sastra , analogi bermakna kesamaan sebagaian cirri antara dua benda  atau hal yang dapat di pakai sebagai dasar komparasi. Di bidang pembelajaran, analogi erat kaitannya dengan transfer pembelajaran.
         Kedua, defenisi pendidikan memberi gambaran mengenai apa yang paling penting tentang “ proses menjadi” dan hasilnya berupa orang “berpendidikan”.
Pendidikan merupakan agen peradapan pemberadapan manusia. Tetapi, pendidikan formal selalu mengalami tekanan dan nyaris selalu tertinggal dengan kemajuan peradapan. Kebodohan merupakan cikal bakal utama bencana kemanusiaan. Cikal bakal kebodohan adalah kemalasaan dalam belajar dan ketidaktahuan akan makna sejati pendidikan. Pendidikan berawal dari perilaku dan tindakan pertama, namun tiada kata akhir untuk menjadi berpendidikan dan menggapai keterpelajaran.
D.    MENJADI MANUSIA BERPENDIDIKAN
 Esensi pendidikan adalah membangun manusia dengan tingkat keterpelajaran tertentu atau berpendidikan. Merekalah orng-orang yang cerdas, yang mampu menyelesaikan aneka persoalan hidupnya.
         Manusia berpendidikan adalah mereka yang mampu memahami fenomena secara akurat,berfikir jernih, dan bertindak secara efektif sesuai dengan tujuan dan aspirasi yang di tetapkan oleh dirinya. Orang yang berpendidikan  juga mengahargai orang lain terlepas dari kekuasaan dan statusnya, bertanggung jawab atas hasil atau dampak tindakan dan menggunakan akal sehat untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan,baik, pribadi, keluarga, organisasi, maupun masyarakat pada umumnya. Orang yang berpendidikan membutuhkan informasi, namun ia tidak tergangtung semata pada informasi yang telah di simpan di kepalanya. Mereka memiliki kemampuan mencari informasi, menciptakan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan bila di perlukan.
        Di lembaga pendidikan formal, memang terjadi pengiriman pesan secara kontinyu, khususnya selama proses interaksi pembelajaran antara guru dan siswa. Nilai-nilai inti yang terpenting dalam mendefenisikan pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang aman dan melakukan perberdayaan bagi anak didik, sehingga mereka berpeluang memenuhi kebutuhan dalam makna ideal.
Aspek-aspek penting bagaimana siswa benar-benar terdidik yaitu :
Pendidikan merupakan kemampuan memanipulasi pengetahuan keterampilan dan informasi.
            Pendidikan mempresentasikan interaksi antara orang dewasa dengan yang belum dewasa untuk menumbuhkan kedewasaan.
    Pendidikan melibatkan dimensi kognitif, afektif dan fsikomotor.
    Kegiatan pendidikan dapat di pahami kapan iya mulai, namun tidak jelas kapan berakhir karena tidak identik dengan kurikulum.
    Pendidikan bermuara pada kematangan dan kemandirian pribadi untuk hidup dalam kerangka system sosial.
    Pendidikan mengubah orang dari berfikir negative ke berfikir positif dan membantu orang lain  untuk melakukan hal yang sama.
    Pendidikan mencakup semua situasi seperti kemiskinan, konflik, polusi, depresi, ketidaktahuaan atau ambisi.
           Banyak orang berpendapat bahwa pengalaman positif merupakan fikiran yang baik paling menyenangkan dan produktif. Jika kita dapat memastikan bahwa setiap orang mampu mengoptimalkan pikiran mereka sendiri dan membantu yang lainya untuk mengoptimalkan mereka, maka semua orang akan memiliki kesempatan maksimum untuk menikmati hidup dan menjadi produktif. Dengan demikian pendidikan merupakan proses mencapai dan membantu orang lain untuk mencapai sikap  yang baik yang memungkinkan  dia melihat secara akurat, berfikir jernih dan bertindak secara efektif sesuai dengan tujuan di pilihnya sendiri
E.     EMPAT DIMENSI
Pendidikan adalah proses menjadikan manusia berpendidikan. Ada empat di mensi yang harus di penuhi menjadi berpendidikan. Dimensi yang di maksud adalah agen pembelajaran, katalis belajar, konteks pembelajaran, dan cita-cita yang terbangun dari hasil pembelajaran.
         Agen pembelajaran siswa biasanya mengintegral dengan peran yang di tampilkan  oleh sekolah. Katalis belajar adalah seseorang atau sesuatu yang bergerak dalam hubungan mendalam denga berusaha memahami bagaimana katalis itu cocok menjadi agen. Dalam kerangka mencapai tujuan agen tersebut melibatkan orang-orang atau hal-hal yang lain yang di anggap berperan  sampai dengan tujuan tercapai untuk kemudian berusaha melepaskan diri. Katalis bisa serupa guru, buku dan media lainnya.
         Katalis itu berperan dalam proses pembelajaran, terutama dalam kerangka pengembangan hubungan dimana siswa akan membuka dirinya sendiri  untuk transformasi internal di bawah pengaruh katalis itu. Kontek pembelajaran adalah semua aspek biologis, psikologis, budaya, sosial, dan factor ekologi lainnya yang membentuk bagaimana agen tersebut berhubungan dengan katalis. Konteks pembelajaran merupakan segala sesuatu yang akan menentukan kondisi klimaks dalam situasi belajar.
F.     OBJEK PENDIDIKAN
          Pendidikan memiliki objek tersendiri. Objek pendidikan terdiri dari objek formal dan objek material. Objek formal ilmu pendidikan adalah semua gejala insane, berupa proses  atau situasi pendidikan yang menunjukkan keadaan nyata yang di lakukan  atau di alami serta harus di pahami oleh manusia. Objek materi ilmu pendidikan adalah manusia itu sendiri.
           Ilmu pendidikan esensinya merupakan ilmu terapan atau ilmu praktis. Sebagai ilmu terapan iya memilki dua dimensi yaitu teoritis dan praktis. Pemahaman mengenai unsure-unsur dasar ilmu pendidikan menjadi instrumen untuk dapat memahami sifat-sifat ilmu  pendidikan sebagai ilmu pengetahuan antara lain bersifat teoritis, emperis, sistematis, deskriptif, normatif, preskriptif, historis dan praktis. Sebagai ilmu, ilmu pendidikan bukan saja menelaah objek untuk mengetahui betapa keadaan atau hakikat objek itu, melainkan mempelajari pula bagaimana aksinya dalam tindakan. Teori tentang pendidikan memilki cakupan yang luas. Pendidikan esensinya adalah dunia ini, berupa apapun yang bisa mempengaruhi atau mengubah perilaku manusia. Ilmu pengetahuan bidang pendidikan  mempelajari aneka persoalan yang timbul dalam praktik pendidikan. Ilmu pendidikan apa pun mempelajari suasana dan proses pendidikan secara menyeluruh, tidak hanya kerangka persekolahan melainkan juga pendidikan keluarga, di masyarakat dan pendidikan oleh pribadi-pribadi secara individual.
           Ilmu pendidikan berkutat dengan persoalan dan posisi manusia dalam pendidikan secara universal. Pemosisian manusia pengarus utamaan pendidikan dapat di lihat dari dimensi antropologis, normatif, aspiratif dan praktis. Dimensi antropologis beranjak dari asumsi bahwa manusia memilki potensi. Dimensi normatif mengandung makna  bahwa pendidikan selalu berkaitan dengan perlakuan apa pun bentuk, situasi dan substansi yang membangunnya. Dimensi aspiratif mengandung makna bahwa  manusia itu memiliki disposisi atau kecenderungan, keinginan, harapan, kebutuhan dan cita-cita. Dimensi praktis mengandung makna bahwa ilmu pendidikan di praktikkan sebagai aplikasi teori yang sudah teruji atau sebatas produk nalar akal sehat tingkat tinggi yang di mililki penggagasnya.
           Pada sisi lain, setiap yang ada di dunia ini, baik ilmu pengetahuan, teori, maupun praktis bersumber dari asumsi-asumsi yang mendasarinya. Dalam pendidikan, kita memiliki asumsi bahwa manusia dapat di didik. Manusia adalah animal educandum , manusia mengiinkan di didik hingga mencapai taraf pendidikan. Dalam bahasa yang lebih santun, di sebutkan bahwa manusia adalah homo educandum dimana manusia memiliki daya kuat untuk di didik agar potensinya dapat berkembang.



BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses pemartaban manusia menuju puncak optimasi potesi kognitif, afektif dan fsikomotorik yang di milikinya. Pendidikan adalah proses membimbing, melatih dan memadu manusia  terhindar atau keluar dari kebodohan. Pendidikan adalah metamorfosis  perilaku menuju kedewasaan sejati. Pendidikan juga di defenisikan sebagai proses evalasi yang di lakukan secara nondiskriminasi, dinamis dan intensif menuju kedewasaan individu. Dimana proses  di lakukan secara kontinyu dengan sifat adaptif dan nirlimit atau tiada akhir.
Kontek pembelajaran adalah semua aspek biologis, psikologis, budaya, sosial, dan factor ekologi lainnya yang membentuk bagaimana agen tersebut berhubungan dengan katalis. Konteks pembelajaran merupakan segala sesuatu yang akan menentukan kondisi klimaks dalam situasi belajar.

















DAFTAR PUSTAKA


Prof. Dr. Sudarwan Darwin, 2011. Pengantar Kependidikan. Bandung : Alfabet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar