Minggu, 01 Januari 2017

MENDESKRIPSIKAN LANDASAN_LANDASAN PENDIDIKAN




MAKALAH
PENGANTAR PENDIDIKAN
MENDESKRIPSIKAN LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN





Dosen Pengampu : M.Doni Sanjaya, M.pd.
Disusun Oleh : Kelompok 3
1. Indah Lestari          1621009
2. Ayu Apryani            1621030
3. Resty Sari Saymona     1621031
4. Tiwi Armila            1621035





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA, INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS BATURAJA 2016







KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Landasan-landasan Pendidikan”.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penyusun pada khusunya.








DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………….i
Kata Pengantar……………………………………………………………………….ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………..iii
BAB I. Pendahuluan…………………………………………………………………1

    Latar Belakang……………………………………………………………………1
    Rumusan Masalah………………………………………………………………..1
    Tujuan Penulisan…………………………………………………………………2

BABII. Pembahasan.………………………………………………………………. 3

    Pengertian Landasan Pendidikan………………………………………………..3
    Macam-macam landasan Pendidikan……………………………………………3
    PengertianAsas-asas pendidikan…………………………………………...……12
    Macam-macam Asas Pendidikan…………………………………………..……12

BAB III. Penutup……………………………………………………..……………14
Kesimpulan…………………………………………………………………………14
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..…15





BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat  memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, cultural, psikologis, dan iptek. Sedangkan asas-asas pendidikan yang akan dikaji adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.
B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:

    Apakah yang dimaksud Landasan Pendidikan?
    Apa sajakah landasan pendidikan?
    Apakah yang dimaksud asas-asas pendidikan?
    Apa sajakah asas-asas Pendidikan?

C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1.       Untuk mengetahui pengertian dari Landasan Pendidikan
2.       Untuk mengetahui macam-macam landasan pendidikan
3.       Untuk mengetahui pengertian dari asas-asas Pendidikan
4.       Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan





BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar  atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak  atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi,  adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi pendidikanadalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau  studi pendidikan.

B.       Macam-macam Landasan pendidikan
1.       Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya  bersumber dari dua faktor, yaitu:
a.   Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
b.   Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada dianatara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:
Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik (filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
Masyarakat dan kebudayaannya.
    Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
    Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).

Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:

1.       Naturalisme
2.       Idealisme
3.       Pragmatisme

Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan dunianya.
Berbeda dengan aliran diatas, Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia (Abu Hanifah, 1950: 136). John Dewey (dari Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144), salah seorang tokoh pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap:
    Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
    Diagnosi, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan factor penyebabnya.
    Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkiarakan dapat mengatasi masalah.
    Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika dipraktekkan.
    Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan dengan prinsip-prinsip antara lain:

    Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.
    Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
    Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
    Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.
    Sekolah progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi (Wayan Ardhana, 1986: 16-17)

Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan itu (Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986 :14-18) adalah:

2.       Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut maka esensialisme tersebut menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang sangat diutmakan idealisme, juga penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat menghitung penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:
1).      Penguasaan bahasa termasuk rerorika
2).      Gramatika
3).      Kesusateraan
4).      Filsafat
5).      Ilmu kealaman
6).       Matematika
7).      Sejarah
8).      Seni keindahan (fine arts)

3.       Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
1).       Pengetahuan yang benar (truth)
2).      Keindahan (beauty)
3).       Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
1).       Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2).      Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
3).       Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
4).      Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
5).       Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)

4.       Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut:
1).       Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
2).      Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3).       Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4).      Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan ekperimentasi.

5.       Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

6.       Landasan Sosiologis
Manusia  yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki ciri:

    Pembagian pada anggotanya
    Ketergantungan pada anggota
    Ada kerjasama  anggota
    Komunikasi antar anggota
    Dan adanya diskrimunasi antara individu satu denan yang lain dalam kelompok


    a.      Pengertian tentang landasan sosiologi

Dimana suatu proses interaksi antar dua individu,bahakan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri.sehingga melahirkan cabang cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari antara lain:
1)     Hubungan pendidikan dengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari:

    Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
    Hubungan sisitem pendidikan dan proses kontrol sosiala dengan sstem kekuasaan lain
    Fungsi pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
    Hubungan antar kelas sosial
    Fungsional pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras,kebudayaam dan kelompok kelompok dalam masyarakat

2)      Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:

    Sifat  kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
    Pola interaksi dan struktur masyarakat sekolah

3)      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya,yang mempelajari:

    Peranan sosial guru
    Sifat  kepribadian guru
    Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laju sisiwa
    Fungsi sosial sekolah pada sosialisasi anak anak

4)       Sekolah dalam komunitas,mempelajari pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya yang meliputi:

    Pelukisan komunitas sekolah sepertti tampaknya dalam prganisasi sekolah
    Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar
    Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya
    Faktor faktor demografi dan ekologi dalam organisasi sekolah

Dalam keempat nidang di atas yang di pelajari untuk memahami pendidikan dalam masyarakat menurut Wayan ardhan.

    b.   Masyarakat indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)

Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama anatara lain:

    Adanya interaksi antar warga warganya
    Pola tingkah laku yang diatur adat istiadat,hukum dan norma yang berlaku
    Adanya rasa identitas yang mengikat pada warganya.


    Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbale balik, sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupan formal.

    a.      Pengertian tentang Landasan Kultural

Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, dan dalam belajar arti luas dapat berwujud:

    Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
    Kegiatan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
    Fisik yakni benda hasil karya manusia

    b.      Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sisitem Pendidikan Nasional

Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan  masyarakat indonesia yang majemuk dan akan  kaya kebudayaannya dan keberadaan semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.

    Landasan Psikologis


Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.

    a.      Pengertian Landasan Psiklogis

Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.


Seperti di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:

    Kebutuhan fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)
    Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
    Kebutuhan akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
    Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
    Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek

    b.      Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis

Perkembangan manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena:

    Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
    Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian itu unik)


Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian, yakni:

    Terintegrasinya seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
    Terjadi tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.


    Landasan Ilmiah dan Teknologis

Seperti yang kita ketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.

    Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi. Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.

    Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir tahunan sungai Nil menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan kegiatan survey.

    Pengertian Asas-asas Pendidikan

Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Diantara asas-asas tersebut adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.

    Macam-macam Asas Pendidikan
    Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

    Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan menjadi contoh).
    Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan membangkitkan semangat).
    Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan/mengikuti dengan awas).


    Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.

    Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
    Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.


    Asas Kemandirian dalam Belajar

Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain: informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.





DAFTAR PUSTAKA

Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I.
Jakarta: Balai Pustaaka.
Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar