Minggu, 01 Januari 2017

EMPAT PILAR PENDIDIKAN




MAKALAH
Disusun sebagai salah satu syarat
Persentasi mata kuliah pengantar pendidikan




OLEH:
DESTA MUSTIKA                          NPM 1621028
ELA KUMALA DEWI                    NPM 1621050
DESI TUYANTI                               NPM 1621047
MAYSA WINASIH                          NPM 1621018
           



DOSEN PENGAMPU
M. DONI SANJAYA, M.Pd.



PROGARAM STUDI BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2016

KATA PENGANTAR

Dengan memajnjatkan puji syukur ke hadirat allah swt, atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “empat pilar pendidikan”.
            Kami menyadaribahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan allah swt dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini. Kami menghaturkan rasa hormat dan berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya harap semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.




Baturaja,  november 2016


Penulis








DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................   i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang....................................................................................................   1
B.                 Rumusan Masalah................................................................................................   2
C.                 Tujuan..................................................................................................................   2

BAB II PEMBAHASAN
A.                Pengertian Pilar Pendidikan................................................................................   3
B.                 Empat Pilar Pendidikan.......................................................................................   4
C.                 Garis Besar Mengenai Ke Empat Pilar Pendidikan UNESCO...........................   6

BAB III PENUTUP
A.                Kesimpulan..........................................................................................................   8
B.                 Saran....................................................................................................................   8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................   9










BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalaui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimana pun mesti di prioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yaang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut berpartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka teki.
     Sebagian mahasiswa jurusan keguruan dan ilmu pendididkan sudah selayaknya kita mengetahui tentang pendidikan itu sendiri khususnya apa saja unsusr-unsur pendidikan sampai dengan pilar-pilar pendidikan. Disini dirasakan perlu mengetahui apa saja pilar-pilar dari pendidikan itu sendiri agar senantiasa para penikmat pendidikan bisa berorientasi pada produk dan hasil belajar. Kemudian agar kita sebagai mahasiswa yang sedang belajar untuk dapat menguatkan sistem pendidikan khusunya pendidikan di indonesia serta bagaimana kita bisa mengkontruksi dasar dari suatu pendidkan serta adanya oknium pendidikan yang belum bisa mengaplikasikan pilar-pilar pendidkan.
     Sehingga disini diharapkan dalam pembahasan mengenai pilar-pilar pendidikan kita sebagai calon pendididk di harapkan bisa nantinya untuk mengaplikasikan pilar-pilar ini ketika turun ke lapangan serta mampu membangun kesadaran kepada peserta didik untuk mengembangkan tujuaan pedidikan dari pilar-pilar pendidiakn yang ada.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya sebagai
berikut.
1.      Apa pengertian pilar pendidkan?
2.      Apa sajakah pilar-pilar pendidikan?
3.      Bagaimana garis besar mengenai keempat pilar pendidikan UNISCO?

C.   Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang terdapat di dalam
makalah ini adaalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui pengertian pilar pendidikan.
2.      Untuk mengetahui pilar-pilar pendidkan yang ada.
3.      Untuk mendeskripsikan garis besar mengenai keempat pilar pendidkan UNISCO.











BAB II
PEMBAHASAN

A.               Pengertian Pilar Pendidikan

Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata “pilar” diartikan sebagai “tiang penyangga” (terbuat dari besi atau beton). Kata pilar dalam bahasa inggris berarti pillars (sama artinya dengan pilar dalam bahasa indonesia).
Eksistensi pilar dalam berbagai hal bisa dikatakan sangat penting peranannya sebagai penopang agar menjadi suatu yang utuh (unity). Bangunan atau rumahberangkat dari pondasi yang dilengkapi dengan pilar agar atap bisa berdiri kokoh dan tidak kudah roboh sehingga tampak menjadi lengkap dan melengkapi.
Istilah pilar dalam pendidikan bisa menjadi bagian yang tak kalah penting, eksistensinya seperti halnya tujuan, sasaran, instrument pendidikan, dll. Adapun maksud dari pembahasan pilar-pilar pendidikan adalah bahwa sendi pendididkan ditopang oleh semangat belajar yang kuat melalui pola belajar yang berfisi kedepan dengan melihat perubahan-perubahan kehidupan. Dalam pendidikan, belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan karena pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangakan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran (belajar mengajar). Belajar juga dikatakan sebagai keyterm (kata kunci) paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Hal ini juga melihat dari kondisi zaman yang cepat perubahan terutama di bidang teknologi dan informasi sehingga visi pradigma pendidikan harus relevan yang kemudian di turunkan ke dalam metode pembelajaran. Yaitu merupakan paradigma teching (mengajar) menjadi learning (belajar). Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi proses bagaimana “belajar bersama anatar guru dan anak didik”. Guru dalam konteks ini juga termasuk dam proses belajar. Sehingga lingkungan sekolah menjadi learning society (masyarakat belajar). Dalam paradigma ini, peserta didik tidak lagi disebut pupil (siswa) tapi learner (yang belajar).
Sebagai objek sekaligus subjek pendidikan manusia menjadi titik sentral dalam proses belajar yang mengarah pada tujuan pendidikan. Manusia belajar dari apa saja disekitarnya untuk survive sekaligus pengembangan potensi diri, lahir dari ketidaktahuan dari rahim seorang ibu dalam di bekali penglihatan, pendengaran dan akal untuk digunakan dalam tugasnya sebagai khalifatullah fil ardh.
Berangkat dari sinilah, paradigma learning ini diusung sebagai pilar pendidikan untuk kepentingan manusia dengan perubahan zaman dan ini berangkat dari paradigma belajar. Jadi maksud dari pilar-pilar pendidikan yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah sendi-sendi pendidikan menurut UNESCO harus di topang setidaknya oleh empat hal, learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
            Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia yang berakal budi untuk mempersiapkan dirinya dalam memasuki era tecnologi  dan globalisasi dimasa kini dan akan datang. Kegagalan dalam pendidikan menyebabkan tidak berkembangnya potensi siswa untuk menjadi manusia produktif dan berkualitas. Jadi pendidikan pada hakekatnya adalah hak asasi manusia dalam proses mempersiapkan diri menuju masa depan yang lebih baik.
          Paradigma pendidikan idealnya adalah untuk menciptakan generasi penerus bangsa dan kebutuhan masyarakat, baik masyarakat umum maupun masyarakat dunia kerja dapat terpenuhi oleh anak-anak yang memiliki keterampilan dalam hal-hal tertentu.


B.               Empat Pilar Belajar
Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang sangat cepat, Unesco (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) merumuskan empat pilar belajar, yaitu: belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya / Bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar berkembang secara utuh / Menjadi (learning to be). Keempat pilar belajar ini seyogyanya menjadi acuan penting bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa.
1. Belajar mengetahui (learning to know)
Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal itu bukan saja disebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu dan teknologi, tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang elektronika, memungkinkan sejumlah besar informasi dan pengetahuan tersimpan, bisa diperoleh dan disebarkan secara cepat dan hampir menjangkau seluruh planet bumi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll.
Jacques Delors (1996), sebagai ketua komisi penyusun Learning the Treasure Within, menegaskan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean) dan pengetahuan sebagai hasil (end). Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk pencapaian berbagai tujuan, seperti: memahami lingkungan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan mereka menjadi dasar bagi kepuasaan memahami, mengetahui dan menemukan.
Pengetahuan terus berkembang, setiap saat ditemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu belajar mengetahui harus terus dilakukan, bahkan ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu banyak).
2. Belajar berkarya  / Bekerja (learning to do)
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi Unesco, belajar berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan dengan vokasional. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan industri dan perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga berkembang semakin tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis atau operasional, tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan didunia industri dan perusahaan terus meningkat, maka individu yang akan memasuki dan/atau telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus mampu doingmuch (berusaha berkarya banyak).

3. Belajar hidup bersama (learning to live together)
Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomonikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha membina kehidupan bersama)
4. Belajar berkembang utuh  / Menjadi (learning to be)
Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Sebenarnya tuntutan perkembangan kehidupan global, bukan hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang unggul. Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai keunggulan (being excellence). Keunggulan diperkuat dengan moral yang kuat. Individu-individu global harus berupaya bermoral kuat atau being morally.

C.               Garis Besar Mengenai ke Empat Pilar Pendidikan UNESCO

a.     Kekuatan
Ke empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan yang bagus pula, dan sesuai dengan keadaan zaman sekarangg yang menuntut peserta didik tidak hanya di ajarkan IPTEK, kemudian dapat bekerja sama dan memecahkan masalah, akan tetapi juga hidup toleransi dengan orang lain ditengah-tengah maraknya perbedaan pendapat dimasyarakat. Dengan ke empat pilar ini akan bisa dicapai pendidikan yang berkualitas.
b.     Kelemahan
Meskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya,namun perlu diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, seperti kurangnya SDM guru yang bener-benar “mumpuni”, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau aderah dalam memandang arti penting pendidikan, kemudian ada lagi fasilitas, fasilitas yang masih minim akan sangat menghambat kemajuan proses belajar mengajar, dan kendala-kendala lain.
c.      Peluang
Apabila pendidikan di indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan ini, maka pada gilirannya masyarakat indonesia akan menjadi masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.
d.     Ancaman
Ke empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi pesrta didik dan pengajar apabila tujuan atau keinginan yang hendak dicapai tidak kunjung terwujid. Bisa jadi akan muncul sikap pesimis dan putus asa kehilangan kepercayaan diri.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dngan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruuh dunia termasuk indonesia dapat menjadi lebih baik.
            Namun masih banyak aspek penghalang pelaksanaan tesebut, baik mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam  memandang arti penting pendidikan, dan  kendala-kendala lain.
            Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kia bersama, karenanya tetu secara bersama-sama pula kita mencari alternatif pemecahannya. Mudah-mudahan ke empat pilar tersebbut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasilnya.
            Mari melakukan intropeksi diri sejauh mana kita sudah melakukannya yang terbaik untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan  pendidikan yang melilit negeri ini. Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.

B.     Saran
Makalah ini semoga bermanfaat bagi pembaca maupun orang lain, terutama pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Pada Mata Kuliah Pengantar Pendidikan.






DAFTAR PUSTAKA

Afniati. 2014. Pilar-Pilar Pendidikan.

Salam, B. 1997.Pengantar pedagogik.Jakarta:PT Rineka Cipta

Yusak, Muclas.2013.Wawasan Kependidikan, Empat Pilar Pendidikan.
            Semarang:Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar