Senin, 14 November 2016

Manusia Sebagai Animal Educandum


MAKALAH
Manusia Sebagai Animal Educandum
Hasil gambar untuk logo universitas baturaja fkip
Kelompok 2 / A.1.2
Intan Pratiwi Septrilah   : (1621011)
Riska Agustina              : (1621019)
Vinny Elga Lavenia                   : (1621045)
Yolanda Margareta Yonova      : (1621016)

Mata Kuliah                             : Pengantar  Pendidikan
Dosen Pengampu                      : M. Doni Sanjaya, M.Pd.

Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Tahun Ajaran 2016/2017

Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya karenanya dapat tersusunlah makalah ini guna melengkapi nila tugas kelompok dan menjelaskan tentang jenis-jenis menyimak.
Segala daya dan upaya telah di lakukan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi karena keterbatasan waktu, tenaga dan minimnya pengalaman tentu masih banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya, sekiranya kritik dan saran sangat di harapakan untuk menyempurnakan langkah penulisan yang lebih baik lagi di hari yang akan datang.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memabantu kita memahami apa saja dan memahami pengertiannya dengan baik dan benar. Semoga makalah ini dapat dipelajari dengan baik oleh kita semua.

Baturaja, September 2016


PenuliS



DAFTAR ISI
BAB I (Pendahuluan)                                                                                                             1
A.     Latar Belakang Masalah                                                                                           1-2
B.     Rumusan Masalah                                                                                                      2
C.     Tujuan dan Manfaat                                                                                       2-3
BAB II (Pembahasan)                                                                                                            4
A.     Keharusan Pendidikan: Mengapa Manusia Harus Dididik/Mendidik        4-5
B.     Kemungkinan Pendidikan: Mengapa Manusia dapat Dididik                                 5-8
C.     Batas-Batas Kemungkinan Pendidikan                                                                     9-10
D.    Kekeliruan-Kekeliruan Pendidikan                                                               11-13
BAB III                                                                                                                                   14
A.     Kesimpulan                                                                                                                 14
B.     Saran                                                                                                                           14

BAB 1
(Pendahuluan)
A.     Latar Belakang Masalah
Pendidikan membentuk manusia menjadi manusia tranformatif yang selalu menuju perubahan hidup ke arah yang lebih baik.
Pendidikan dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit pendidikan adalah sekolah, yaitu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan secara luas diartikan sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Sasaran dari pendidikan ialah manusia karena manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Ada empat dimensi yang di miliki manusia namun tidak dimiliki makhluk lainnya.
Keempat dimensi itu adalah:
1.      Dimensi keindividualan.
2.      Dimensi kesosialan.
3.      Dimensi kesusilaan.
4.      Dimensi Keberagaman
Para ahli pendidikan memandang manusia sebagaianimal educandum, yaitu mahluk yang memerlukan pendidikan.Namun, manusia tidak dapat disamakan dengan hewan karena manusia dilahirkan sebagai mahluk yang tidak berdaya, yang tidak memiliki insting untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Manusia dapat dididik dalam suatu proses belajar yang membutuhkan waktu lama untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, atau yang dikenal dengan pendidikan.
Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan, pada umumnya hewan tidak dapat dididik melainkan hanya dilatih melalui pemberian tekanan-tekanan, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis/tidak berubah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan tentang keharusan pendidikan mengapa manusia harus dididik atau mendidik?
2.      Jelaskan tentang kemungkinan pendidikan mengapa manusia dapat dididik atau mendidik?
3.      Bagaimana batasan-batasan kemungkinan pendidikan?
4.      Bagaiman kekeliruan-kekeliruan dalam pendidikan?

C.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan makalah ini ialah:
1.      Ingin mengetahui tentang keharusan pendidikan mengapa manusia harus dididik atau mendidik.
2.      Ingin mengetahui tentang kemungkinan pendidikan mengapa manusia dapat dididik atau mendidik.
3.      Ingin mengetahui batasan-batasan kemungkinan pendididkan.
4.      Ingin mengetahui kekeliruan dalam pendidikan.
Makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis karena dengan menulis makalah ini penulis dapat mempelajari tentang manusia sebagai animal educandum.
Makalah ini juga akan bermanfaat bagi para pembaca apa bila pembaca membaca makalah ini karena dengan membaca makalah ini pembaca akan mendapatkan pelajaran atau penambahan wawasan tentang manusia sebagai animal educandum.
BAB II
(PEMBAHASAN)
A.     Keharusan Pendidikan: Mengapa Manusia Harus Dididik/Mendidik
1.      Manusia sebagai Makhluk yang Harus Dididik
Dalam eksistensinya manusia mempunyai tugas untuk menjadi manusia ideal.Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan.Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan.
Manusia telah dibekali berbagai potensi untuk mampu menjadi manusia, misalnya: potensi uniuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk dapat berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, Namun demikian setelah kelahirannya, bahwa potensi itu mungkin terwujudkan, kurang terwujudkan atau tidak terwujudkan. Manusia mungkin berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya (menjadi manusia), sebaliknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang atau tidak sesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaannya (kurang dan atau tidak menjadi manusia). Dengan demikian perkembangan kehidupan manusia tersebut merupakan sifat yang terbuka atau serba mungkin.
Menurut Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). "Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan", Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum (M.J. Langeveld, 1980).
Ada dua alasan mengapa manusia harus didik dan mendidik, yaitu:
a)      Dasar Biologis
Pendidikan perlu karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya.
1)      Anak manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna
2)      Anak manusia perlu masa belajar yang panjang
3)      Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
b)      Dasar sosio-antropologis
Peradaban tidak terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh setiap anggota masyarakat.
1)                             Setiap anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa warisan sosial/budaya.
2)                             Diperlukan transformasi dari organisme biologis ke organisme yang berbudaya.
3)                             Diperlukan transmisi budaya.
4)                             Diperlukan internalisasi budaya.

B.     Kemungkinan Pendidikan: Mengapa Manusia Dapat Dididik/Mendidik
1.      Manusia sebagai Makhluk yang dapat Dididik
Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri. ”Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). Peryataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan ”animal Educandum”  atau hewan yang perlu didik dan mendidik diri (M.J.Langeveld, 1980)
N. Drijakarya S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti selalu dalam keaktifan, baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Dinamika mempunyai arah horisontal (ke arah sesama dan dunia) maupun kearah transedental (kearah yang mutlak).Karena itu dinamika manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik.
Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
Ada 4 prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
a)      Prinsip Potensialitas.
Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal.
b)      Prinsip Dinamika
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam rangka membantumanusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Dipihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik dalamaspek fisiologik maupun spiritualnya.la selalu menginginkan dan mengajar segala hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya.
la berupaya untuk meng-aktualisasi-kan diri agar menjadi manusia ideal, baik dalam rangka interaksi/ komunikasinya secara horizontal maupun vertikal. Karena itu dinamika manusia mengimplementasikan bahwa ia akan dapat di didik.
c)      Prinsip Individualitas
Praktek pendidikan merupakan upaya membantumanusia (peserta didik) yang antara lain diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya sendiri. Disisi lain, manusia (peserta didik) adalah individu yang memiliki dirinya sendiri (subyektivitas). bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri.
d)      Prinsip Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta didik).Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik.
Dengan demikian Hakikat manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi huhungan pengaruh imbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas mengimplementasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
e)      Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia, agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya. Dipihak lain, manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan mana yang baik dan yang jahat. Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
M.J. Langeveld (1980) Menyimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik, ini memberikan identitas kepada manusia sebagai "Animal Educandum".
2.      Kemungkinan Pendidikan: Mengapa Manusia dapat Dididk/Mendididk
a)      Dasar Biologis
Anak dilahirkan tak berdaya tapi mempunyai potensi untuk berubah.
1)      Anak bersifat lentur
2)      Anak mempunyai otak
3)      Mempunyai pusat syaraf.
b)      Implikasi
1)      Anak dapat menerima bantuan yang tertuju untuk dapat belajar
2)      Pendidikan adalah penyesuaian yang sempurna dari organisme biologis terhadap lingkungannya.
c)      Dasar Pisiko-Sosio-Antropologis
Keragaman dan kelebihan individu
1)      Individu adalah unik, berbeda-beda, ada kelebihan dan kekurangannya
2)      Ada perbedaan penguasaan budaya.
3)      Animal sosial, sehingga ada usaha saling tolong menolong.

C.     Batas-Batas Kemungkinan Pendidikan
1.      Batas-Batas Pendidikan
a)      Pengertian Batas-Batas Pendidikan
Batas-batas pendidikan yang dimaksud disini adalah hal-hal yang menyangkut masalah kapan pendidikan dimulai dan bagaimana pendidikan berakhir. Langeveld menyatakan bahwa saat kapan pendidikan dimulai disebut batas bawah  dari pendidikan dan kapan pendidikan itu berakhir disebut batas akhir dari pendidikan, yaitu saat seseorang telah sadar mengenal kewibawaan.
“Carilah ilmu dari buaian sampai lliang lahat” Dan juga pernah kita temukan satu istilah dalam bahasa Inggris yang menyatakan : “long live education” yang artinya pendidikan seumur hidup.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia. Sepanjang ia mampu menerima pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.
Namun dalam mengalami proses pendidikan, manusia akan mendapat pendidikan,dimana akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.



b)      Bagaimana Pendidikan itu di mulai?
Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak di lahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat “drestur” belum bersifat murni.Sebab pada pendidikan murni di perlukan adanya kesadaran mental dari yang dididik.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak di tuntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang di kehendak oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat di katakan bahwa ciri utama dari pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik. 
Menurut Al-Abdori menyatakan bahwa anak mulai di didik dalam arti yang sesungguhnyasetelah berusia 7 tahun. Oeh karena itu beliau mengkritik orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda, waktu sebelum 7 tahun.
Dari segi psikologi, usia 3 - 4 tahun dikenal sebagai “masa perkembangan” atau masa krisis”.Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya.Artinya, disaat itulah terbuka peluang kearah kesediaan menerima yang sesungguhnya.Setelah itu anak mulai memiliki “kesadaran batin” atau motivasi dalam prilakunya.Di sini pula di mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya kea rah tujuan-tujuan pendidikan.
c)      Bagaimana Bila Pendidikan itu Berakhir?
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan akan berlangsung untuk terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkitan erat dengan kesulitan menentukan masa kematangan.Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal lain kadang masih teteap menunjukan sikap kekanak-kananan.
Misalnya, dalam bidang keterampilan tertentu seseorang anak telah memiliki pandangan-pandangan yang mandiri, tetapi dalam bidang sikap kedewasaannya sama sekali tidak tampak.Sehubungan dengan itu, perulah suatu kehati-hatian kalau juga ingin mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidkan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir bersifat principal dan tercapai bila seorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanak rencana sesuai dengan pandangan hidupnya.Ia telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang menerpa kehidupan batiniahnya dengan berpegang dan mengembalikanya kepada dasar-dasar pedoman dan pegangan hidup yang kokoh. Dan ia tampak telah memiliki watak yang relative tetap dalam bangunan kepribadiannya. Kenyataan kedewasaan terutama  menunjuk kepada kemampuannya untuk menguasai diri, senantiasa menjadi “tuan” bagi dirinya sendiri, memimpin dan memperbaiki diri sendiri atau dengan kata lain, mampu mendidik diri sendiri.
d)      Kekeliruan-Kekeliruan Pendididkan
1.      Mendidik yang baik adalah yang berhasil membantu individu dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup.
2.      Kekeliruan-kekeliruan mendidik adalah bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar atau cara pencapaiannya tidak tepat.
Kekeliruan mendidik dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu kekeliruan dalam mendidik dan kekeliruan teknik mendidik.
1)      Kekeliruan dalam Mendidik
(a)    Bentuk
Bentuknya berupa kegiatan pendidikan patologisatau demagogis, yaitu kegiatan ” pendidikan” yang salah tujuannya .
(b)   Akibat dan Penanggulangannya
Pendidikan patologis atau demagogis apabila berhasil, akan melahirkan orang-orang yang cacat moral atau amoral, yang mempunyai watak ingin merusak kehidupan manusia atau berbuat kemungkaran. Menghadapi orang yang demikian harus dilakukan reedukasi atau mendidik kembali.
2)      Kekeliruan teknis mendidik
(a)    Bentuk
Bentuknya berupa kegiatan pendidikan yang salah teknis pelaksanaannya, yaitu kesalahan dalam cara memilih dan menggunakan alat pendidikan (kegiatan mendidik dan penciptaan situasi/lingkungan pendidikan).kekeliruan teknis mendidik mencakup:
(1)     Kekeliruan cara mendidik misalnya mendidik dengan cara memanjakan atau murah ganjaran.
(2)     Kekeliruan ekologis atau menciptakan lingkungan hidup yang kurang mendukung pencapaian kedewasaan misalnya penyiaran TV dengan penuh kekerasan atau pornografi.
Akibat dan penanggulangannya:
Pendidikan salah teknis berakibat pendidikan tidak menjadi efektif, efisien, dan relevan.Kekeliruan teknis dapat berakibat penguasaan pengetahuan/keterampilan yang keliru dan gangguan emosional seperti rendah diri, sombong, keras kepala. Penanggulangan terhadap akibat-akibat kekeliruan-kekeliruan teknis dapat dilakukan dengan jalan memperbaiki cara- cara mendidik dan lingkungan hidup, serta memberikan bimbingan dan penyuluhan yang tepat.



BAB III
(PENUTUP)
A.     Kesimpulan
Manusia mempunyai tugas untuk menjadi manusia ideal oleh sebab itu manusia di haruskan untuk dididk/mendidik dan mendapatkan pendididkan serta memberikan pendidikan kepada orang lain.
Batas pendidikan ialah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu berakhir.Pendidikan seseorang dapat dinyatakan berakhir ketika orang itu telah menjadi bijak dan dapat mendidik dirinya sendiri.
Kekeliruan dalam pendidikan terjadi ketika bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang di lakukan tujuannya tidak benar atau cara penyampaiannya salah.
B.     Saran
`Disarankan kepada semua orang terutamapara pembaca agar dapat memahami tentang pentingnya suatu pendidikan yang nantinya sangat berguna bagi diri sendiri dan mampu memahami materi yang disampaikan oleh penulis. Serta tidak melakukan kekeliruan dalam menyampaikan pendidikan untuk orang lain.



Daftar Pustaka
Kant. 1959. Teori Pendidikan. Henderson
Langeveld, M.J. .1980
S.J., N. Drijakarya.1986
Al-Abdori