Manusia
Sebagai Animal Educandum
MAKALAH
Manusia Sebagai Animal Educandum
Kelompok 2 / A.1.2
Intan Pratiwi Septrilah : (1621011)
Riska Agustina : (1621019)
Vinny Elga Lavenia : (1621045)
Yolanda Margareta Yonova : (1621016)
Mata Kuliah :
Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampu : M. Doni Sanjaya, M.Pd.
Program
Studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Tahun
Ajaran 2016/2017
Kata
Pengantar
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya
karenanya dapat tersusunlah makalah ini guna melengkapi nila tugas kelompok dan
menjelaskan tentang jenis-jenis menyimak.
Segala
daya dan upaya telah di lakukan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi
karena keterbatasan waktu, tenaga dan minimnya pengalaman tentu masih banyak
kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
sekiranya kritik dan saran sangat di harapakan untuk menyempurnakan langkah
penulisan yang lebih baik lagi di hari yang akan datang.
Semoga
dengan adanya makalah ini dapat memabantu kita memahami apa saja dan memahami
pengertiannya dengan baik dan benar. Semoga makalah ini dapat dipelajari dengan
baik oleh kita semua.
Baturaja, September 2016
PenuliS
DAFTAR
ISI
BAB I (Pendahuluan) 1
A. Latar
Belakang Masalah 1-2
B. Rumusan
Masalah 2
C. Tujuan
dan Manfaat 2-3
BAB II (Pembahasan) 4
A. Keharusan
Pendidikan: Mengapa Manusia Harus Dididik/Mendidik 4-5
B. Kemungkinan
Pendidikan: Mengapa Manusia dapat Dididik 5-8
C. Batas-Batas
Kemungkinan Pendidikan 9-10
D. Kekeliruan-Kekeliruan
Pendidikan 11-13
BAB III 14
A. Kesimpulan
14
B. Saran
14
BAB
1
(Pendahuluan)
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan membentuk
manusia menjadi manusia tranformatif yang selalu menuju perubahan hidup ke arah
yang lebih baik.
Pendidikan dapat
diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit pendidikan adalah sekolah,
yaitu pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal. Pendidikan secara luas diartikan sebagai pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Sasaran dari pendidikan
ialah manusia karena manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Ada empat
dimensi yang di miliki manusia namun tidak dimiliki makhluk lainnya.
Keempat dimensi itu
adalah:
1.
Dimensi keindividualan.
2. Dimensi kesosialan.
3. Dimensi kesusilaan.
4.
Dimensi Keberagaman
Para ahli pendidikan
memandang manusia sebagaianimal educandum, yaitu mahluk yang memerlukan
pendidikan.Namun, manusia tidak dapat disamakan dengan hewan karena manusia
dilahirkan sebagai mahluk yang tidak berdaya, yang tidak memiliki insting untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Manusia dapat dididik dalam suatu
proses belajar yang membutuhkan waktu lama untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, atau yang dikenal dengan pendidikan.
Hal inilah yang
membedakan antara manusia dengan hewan, pada umumnya hewan tidak dapat dididik melainkan
hanya dilatih melalui pemberian tekanan-tekanan, artinya latihan untuk
mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis/tidak berubah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan
tentang keharusan pendidikan mengapa manusia harus dididik atau mendidik?
2.
Jelaskan
tentang kemungkinan pendidikan mengapa manusia dapat dididik atau mendidik?
3.
Bagaimana
batasan-batasan kemungkinan pendidikan?
4.
Bagaiman
kekeliruan-kekeliruan dalam pendidikan?
C. Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
pembuatan makalah ini ialah:
1.
Ingin
mengetahui tentang keharusan pendidikan mengapa manusia harus dididik atau
mendidik.
2.
Ingin
mengetahui tentang kemungkinan pendidikan mengapa manusia dapat dididik atau
mendidik.
3.
Ingin
mengetahui batasan-batasan kemungkinan pendididkan.
4.
Ingin
mengetahui kekeliruan dalam pendidikan.
Makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis karena dengan menulis makalah ini penulis dapat mempelajari tentang
manusia sebagai animal educandum.
Makalah ini juga akan bermanfaat bagi para pembaca apa
bila pembaca membaca makalah ini karena dengan membaca makalah ini pembaca akan
mendapatkan pelajaran atau penambahan wawasan tentang manusia sebagai animal
educandum.
BAB
II
(PEMBAHASAN)
A. Keharusan
Pendidikan: Mengapa Manusia Harus Dididik/Mendidik
1.
Manusia sebagai
Makhluk yang Harus Dididik
Dalam eksistensinya manusia mempunyai tugas untuk menjadi
manusia ideal.Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang
dicita-citakan.Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum terwujudkan
melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan.
Manusia telah dibekali berbagai potensi untuk mampu
menjadi manusia, misalnya: potensi uniuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
potensi untuk dapat berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa, Namun demikian
setelah kelahirannya, bahwa potensi itu mungkin terwujudkan, kurang terwujudkan
atau tidak terwujudkan. Manusia mungkin berkembang sesuai kodrat dan martabat
kemanusiaannya (menjadi manusia), sebaliknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang atau tidak sesuai dengan
kodrat dan martabat kemanusiaannya (kurang dan atau tidak menjadi manusia). Dengan
demikian perkembangan kehidupan manusia tersebut
merupakan sifat yang terbuka
atau serba mungkin.
Menurut Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). "Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan", Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan
sebutan Animal Educandum (M.J. Langeveld,
1980).
Ada
dua alasan mengapa manusia harus didik dan mendidik, yaitu:
a)
Dasar Biologis
Pendidikan perlu karena anak manusia dilahirkan tidak
berdaya.
1)
Anak
manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna
2)
Anak
manusia perlu masa belajar yang panjang
3)
Awal
pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani atau
mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
b) Dasar
sosio-antropologis
Peradaban tidak terjadi dengan sendirinya
dimiliki oleh setiap anggota masyarakat.
1)
Setiap
anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa warisan
sosial/budaya.
2)
Diperlukan
transformasi dari organisme biologis ke organisme yang berbudaya.
3)
Diperlukan
transmisi budaya.
4)
Diperlukan
internalisasi budaya.
B.
Kemungkinan Pendidikan: Mengapa Manusia Dapat
Dididik/Mendidik
1. Manusia
sebagai Makhluk yang dapat Dididik
Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani
keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi
manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri. ”Manusia
dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya
(Henderson, 1959). Peryataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld
yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan ”animal Educandum” atau hewan yang perlu
didik dan mendidik diri (M.J.Langeveld, 1980)
N. Drijakarya S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia
mempunyai atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya manusia
tidak pernah berhenti selalu dalam keaktifan, baik dalam aspek fisiologik
maupun spiritualnya. Dinamika mempunyai arah horisontal (ke arah sesama dan
dunia) maupun kearah transedental (kearah yang mutlak).Karena itu dinamika
manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik.
Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia
hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik
dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab
itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
Ada
4 prinsip antropologis yang
melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
a)
Prinsip
Potensialitas.
Pendidikan
bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal.
b) Prinsip
Dinamika
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan
diupayakan dalam rangka membantumanusia (peserta didik) agar menjadi manusia
ideal. Dipihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika
untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik dalamaspek fisiologik
maupun spiritualnya.la selalu menginginkan dan mengajar segala hal yang lebih
dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya.
la berupaya untuk meng-aktualisasi-kan diri
agar menjadi manusia ideal, baik dalam rangka interaksi/ komunikasinya secara
horizontal maupun vertikal. Karena itu dinamika manusia mengimplementasikan
bahwa ia akan dapat di didik.
c) Prinsip
Individualitas
Praktek pendidikan merupakan upaya membantumanusia
(peserta didik) yang antara lain diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya
sendiri. Disisi lain, manusia (peserta didik) adalah individu yang memiliki
dirinya sendiri (subyektivitas). bebas dan aktif berupaya untuk menjadi dirinya
sendiri.
d) Prinsip
Sosialitas
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan
(interaksi/komunikasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta
didik).Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan
diterima peserta dididik.
Dengan demikian Hakikat manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama
dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi
huhungan pengaruh imbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh
dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas mengimplementasikan bahwa
manusia akan dapat dididik.
e) Prinsip
Moralitas
Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan
berdasarkan sistem norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan
bertujuan agar manusia berakhlak mulia,
agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya. Dipihak lain, manusia
berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan mana yang baik dan yang jahat.
Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
M.J. Langeveld (1980) Menyimpulkan bahwa
manusia akan dapat dididik, ini memberikan identitas kepada manusia sebagai "Animal Educandum".
2. Kemungkinan
Pendidikan: Mengapa Manusia dapat Dididk/Mendididk
a) Dasar
Biologis
Anak dilahirkan tak berdaya tapi mempunyai
potensi untuk berubah.
1)
Anak
bersifat lentur
2)
Anak
mempunyai otak
3)
Mempunyai
pusat syaraf.
b) Implikasi
1)
Anak
dapat menerima bantuan yang tertuju untuk dapat belajar
2)
Pendidikan
adalah penyesuaian yang sempurna dari organisme biologis terhadap
lingkungannya.
c) Dasar
Pisiko-Sosio-Antropologis
Keragaman dan kelebihan individu
1)
Individu
adalah unik, berbeda-beda, ada kelebihan dan kekurangannya
2)
Ada
perbedaan penguasaan budaya.
3)
Animal
sosial, sehingga ada usaha saling tolong menolong.
C.
Batas-Batas Kemungkinan Pendidikan
1. Batas-Batas Pendidikan
a) Pengertian
Batas-Batas Pendidikan
Batas-batas pendidikan yang dimaksud disini
adalah hal-hal yang menyangkut masalah kapan pendidikan dimulai dan bagaimana
pendidikan berakhir. Langeveld menyatakan bahwa saat kapan pendidikan dimulai
disebut batas bawah dari
pendidikan dan kapan pendidikan itu berakhir disebut batas akhir dari
pendidikan, yaitu saat seseorang telah sadar mengenal kewibawaan.
“Carilah ilmu dari buaian sampai lliang
lahat” Dan juga pernah kita temukan
satu istilah dalam bahasa Inggris yang menyatakan : “long live education” yang
artinya pendidikan seumur hidup.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut
tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai segera setelah anak lahir dan
akan terus berlangsung sampai meninggal dunia. Sepanjang ia mampu menerima
pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.
Namun dalam mengalami proses pendidikan,
manusia akan mendapat pendidikan,dimana akan terdapat pembatasan nyata dari
proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
b) Bagaimana
Pendidikan itu di mulai?
Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang
merupakan persiapan kearah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan
pertama seorang anak di lahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru
terjadi kemudian.Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat “drestur”
belum bersifat murni.Sebab pada pendidikan murni di perlukan adanya kesadaran
mental dari yang dididik.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak
di tuntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang di kehendak oleh pemegang
kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dengan
singkat dapat di katakan bahwa ciri utama dari pendidikan yang sesungguhnya
ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik.
Menurut Al-Abdori menyatakan bahwa anak mulai
di didik dalam arti yang sesungguhnyasetelah berusia 7 tahun. Oeh karena itu
beliau mengkritik orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia yang masih
terlalu muda, waktu sebelum 7 tahun.
Dari segi psikologi, usia 3 - 4 tahun dikenal
sebagai “masa perkembangan” atau masa krisis”.Dari segi pendidikan justru pada
masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk
menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya.Artinya, disaat itulah terbuka peluang
kearah kesediaan menerima yang sesungguhnya.Setelah itu anak mulai memiliki
“kesadaran batin” atau motivasi dalam prilakunya.Di sini pula di mulai terbuka
penyelenggaraan pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk
menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya kea rah tujuan-tujuan
pendidikan.
c) Bagaimana
Bila Pendidikan itu Berakhir?
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya
pendidikan akan berlangsung untuk terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkitan
erat dengan kesulitan menentukan masa kematangan.Seorang anak dalam hal-hal
tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal lain kadang masih
teteap menunjukan sikap kekanak-kananan.
Misalnya, dalam bidang keterampilan tertentu seseorang
anak telah memiliki pandangan-pandangan yang mandiri, tetapi dalam bidang sikap
kedewasaannya sama sekali tidak tampak.Sehubungan dengan itu, perulah suatu
kehati-hatian kalau juga ingin mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku
proses pendidkan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir
bersifat principal dan tercapai bila seorang manusia muda itu dapat berdiri
sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanak rencana sesuai dengan
pandangan hidupnya.Ia telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang
menerpa kehidupan batiniahnya dengan berpegang dan mengembalikanya kepada
dasar-dasar pedoman dan pegangan hidup yang kokoh. Dan ia tampak telah memiliki
watak yang relative tetap dalam bangunan kepribadiannya. Kenyataan kedewasaan
terutama menunjuk kepada
kemampuannya untuk menguasai diri, senantiasa menjadi “tuan” bagi dirinya
sendiri, memimpin dan memperbaiki diri sendiri atau dengan kata lain, mampu
mendidik diri sendiri.
d) Kekeliruan-Kekeliruan
Pendididkan
1.
Mendidik
yang baik adalah yang berhasil membantu individu dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu hidup.
2.
Kekeliruan-kekeliruan
mendidik adalah bentuk-bentuk kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar
atau cara pencapaiannya tidak tepat.
Kekeliruan mendidik dapat dibedakan dalam dua bentuk
yaitu kekeliruan dalam mendidik dan kekeliruan teknik mendidik.
1)
Kekeliruan dalam Mendidik
(a)
Bentuk
Bentuknya berupa
kegiatan pendidikan patologisatau demagogis, yaitu kegiatan ”
pendidikan” yang salah tujuannya .
(b) Akibat dan
Penanggulangannya
Pendidikan patologis atau demagogis apabila berhasil,
akan melahirkan orang-orang yang cacat moral atau amoral, yang mempunyai watak
ingin merusak kehidupan manusia atau berbuat kemungkaran. Menghadapi orang yang
demikian harus dilakukan reedukasi atau mendidik kembali.
2)
Kekeliruan teknis mendidik
(a) Bentuk
Bentuknya berupa kegiatan pendidikan yang salah teknis
pelaksanaannya, yaitu kesalahan dalam cara memilih dan menggunakan alat
pendidikan (kegiatan mendidik dan penciptaan situasi/lingkungan
pendidikan).kekeliruan teknis mendidik mencakup:
(1)
Kekeliruan
cara mendidik misalnya mendidik dengan cara memanjakan atau murah ganjaran.
(2)
Kekeliruan
ekologis atau menciptakan lingkungan hidup yang kurang mendukung pencapaian
kedewasaan misalnya penyiaran TV dengan penuh kekerasan atau pornografi.
Akibat dan penanggulangannya:
Pendidikan salah teknis berakibat pendidikan tidak
menjadi efektif, efisien, dan relevan.Kekeliruan teknis dapat berakibat
penguasaan pengetahuan/keterampilan yang keliru dan gangguan emosional seperti
rendah diri, sombong, keras kepala. Penanggulangan terhadap akibat-akibat
kekeliruan-kekeliruan teknis dapat dilakukan dengan jalan memperbaiki cara-
cara mendidik dan lingkungan hidup, serta memberikan bimbingan dan penyuluhan
yang tepat.
BAB
III
(PENUTUP)
A. Kesimpulan
Manusia mempunyai tugas untuk menjadi manusia ideal oleh
sebab itu manusia di haruskan untuk dididk/mendidik dan mendapatkan pendididkan
serta memberikan pendidikan kepada orang lain.
Batas pendidikan ialah kapan pendidikan itu dimulai dan
kapan pendidikan itu berakhir.Pendidikan seseorang dapat dinyatakan berakhir
ketika orang itu telah menjadi bijak dan dapat mendidik dirinya sendiri.
Kekeliruan dalam pendidikan terjadi ketika bentuk-bentuk
kegiatan pendidikan yang di lakukan tujuannya tidak benar atau cara
penyampaiannya salah.
B. Saran
`Disarankan
kepada semua orang terutamapara pembaca agar dapat memahami tentang pentingnya
suatu pendidikan yang nantinya sangat berguna bagi diri sendiri dan mampu
memahami materi yang disampaikan oleh penulis. Serta tidak melakukan kekeliruan
dalam menyampaikan pendidikan untuk orang lain.
Daftar
Pustaka
Kant.
1959. Teori Pendidikan. Henderson
Langeveld,
M.J. .1980
S.J.,
N. Drijakarya.1986